YAYASAN PELITA PEDULI TUNAS BANGSA SEJAHTERA (YAPPTUBS )
Selasa, 29 November 2011
Minggu, 20 November 2011
Kamis, 10 November 2011
Suara YAPPTUBS
Prinsip Dasar
Pembangunan Ekonomi
Pendahuluan
Tujuan
bernegara suatu bangsa adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakatnya. Untuk mencapai kemakmuran itu salah satu cara adalah
dengan mewujudkan tingkat produktivitas
yang tinggi yang terus meningkat di seluruh bidang ekonomi.
Suatu ekonomi yang produktif dapat membayar
upah yang tinggi kepada pekerjanya; sebaliknya suatu ekonomi yang tidak
produktif hanya dapat memberikan upah yang rendah. Ekonomi yang produktif
menghasilkan keuntungan yang tinggi pada modal yang diinvestasikan dalam aktivitas bisnisnya; sebaliknya ekonomi yang
tidak produktif hanya memberikan keuntungan yang rendah.
Produktivitas
menentukan kemakmuran dan daya saing. Pemikiran bahwa upah yang rendah
akan membuat suatu negara lebih kompetitif adalah tidak benar. Upah
rendah berarti bahwa suatu perusahaan tidak kompetitif dan tidak dapat
mendukung standar hidup yang tinggi.
Demikian pula dengan nilai tukar. Negara tidak akan menjadi lebih
kompetitif jika mata uang negara turun nilainya. Mata uang negara yang
turun nilainya, berarti negara itu tidak kompetitif dan bahwa kualitas barang
dan jasanya tidak dapat mendukung nilai mata uangnya. Satu-satunya
definisi daya saing, dan satu-satunya cara untuk membangun kemakmuran dalam
suatu ekonomi, adalah meningkatkan produktivitas. Dalam ekonomi global yang
modern, produktivitas lebih dari fungsi efisiensi dalam memproduksi
barang-barang yang sama. Ia juga bertalian dengan nilai produk yang
dihasilkan negara. Ketika suatu ekonomi menjadi lebih maju, ia harus
menemukan jalan untuk menaikkan nilai produknya, dengan nilai yang bersedia
dibayar pembeli. Para pembeli akan membayar lebih hanya jika suatu produk
lebih berkualitas, mempunyai ciri yang lebih baik, ditawarkan bersama dengan
jasa penunjang yang lebih lengkap, membawa merek yang dikenal handal.
Pertumbuhan produktivitas ditentukan oleh fungsi peningkatan nilai dan
efisiensi produksi yang terjadi. Itulah yang harus dikejar oleh setiap negara
untuk memajukan ekonominya.
Mencapai
nilai lebih tinggi tidak mengharuskan suatu negara untuk menghasilkan
semikonduktor atau komputer. Suatu negara dapat produktif dan makmur
dalam hampir semua bidang. Yang penting adalah bagaimana negara itu bersaing, bukan dalam industri apa ia bersaing. Suatu negara dapat menjadi
makmur dalam pariwisata jika negara itu dapat menaikkan rata-rata belanja per
wisatawan manca negara dari misalnya $100 sehari menjadi $300 sehari dengan
menawarkan hal-hal yang lebih baik: fasilitas penginapan lebih membetahkan,
pelayanan transportasi lebih lancar, atraksi lebih menarik, atau keramahan yang
lebih mengesankan. Sepatu dan sandal terkesan seperti produk
murahan, sama sekali tidak tampak sebagai produk unggulan bagi suatu negara
makmur. Tetapi orang Italia menjadi kaya karena membuat sepatu. Mereka
membuat sepatu dengan cara yang sangat khusus- dengan bentuk yang bergaya,
disain yang indah, merek yang terkenal, dan distribusi yang luas. Maka
perusahaan Italia dapat menjual sepatu seharga $150 sepasang dan memberikan
upah bagi karyawannya dan laba yang tinggi bagi pemilik modalnya. Sedangkan
banyak negara lain, termasuk Indonesia,
membuat sepatu dengan meniru dan tanpa banyak kandungan keterampilan dan
kecanggihan, sehingga hanya mendapat upah rendah bagi pekerja dan pengusahanya.
Basis
Kemakmuran
Untuk
membangun suatu ekonomi yang makmur, pemikiran bahwa industri tradisional adalah tertinggal dan
bahwa negara harus pindah ke industri hi-tech harus ditanggalkan.
Sebaliknya, fokus harus pada basis kemakmuran yang sebenarnya, yang menjadi
daya produksi ekonomi. Jika suatu negara dapat mendorong produktivitas
melalui peningkatan keterampilan dan teknologi, maka kemakmuran akan meningkat.
Pada sisi lain, jika ada halangan dalam meningkatkan produktivitas, maka
ekonomi negara itu akan stagnan atau mundur. Pemerintah mempunyai peran penting
dalam membangun ekonomi yang produktif. Tetapi swasta mempunyai peran
yang fundamental juga. Salah satu hal yang harus terjadi di setiap
ekonomi adalah penyeimbangan dan pemikiran kembali tentang peran pemerintah dan
swasta. Saat ini masyarakat cenderung dipandu oleh pemerintah. Di
masa datang, pemerintah dan swasta harus memimpin secara bersama-sama.
Suatu
negara suatu saat dapat tergolong sebagai negara berkembang, yang perlu
mencapai kemakmuran yang lebih tinggi untuk mengejar ketertinggalannya dari
negara-negara maju dan tidak dikejar oleh negara-negara berkembang lainnya.
Negara-negara berkembang akan terus meniru produk yang dihasilkan atau
menggunakan upah yang lebih rendah untuk menyaingi produk negara itu.
Negara-negara sedang berkembang lain juga dapat terus memperbaiki
infrastrukturnya, dan mendidik masyarakatnya agar mempunyai keterampilan yang
semakin baik. Negara-negara lebih maju dapat melakukan tidak hanya meniru,
tidak hanya memangkas biaya-biaya dan tidak hanya merestrukturisasi
perekonomiannya, mereka juga terus mengembangkan kapasitas inovatif secara
besar-besaran. Tantangan yang dihadapi negara itu oleh sebab itu
sangatlah besar.
Satu-satunya
cara untuk menang dalam kompetisi sengit seperti ini adalah dengan menghasilkan
produk dan jasa yang negara-negara lain tidak dapat menghasilkannya.
Pertumbuhan kemakmuran tergantung pada kapasitas untuk menginovasi, untuk
menghasilkan nilai produk yang lebih tinggi dan semakin tinggi, yang negara
lain tidak dapat menghasilkan atau akan menghasilkan baru setelah beberapa
tahun kemudian. Untuk mendukung struktur upah yang meningkat terus maka
negara harus menetapkan target yang bergerak, menerapkan tingkat teknologi
untuk mengembangkan proses produksi dan produk uniknya secara lebih baik dan
terus lebih baik. Ini adalah fondasi dari ekonomi global modern. Tidak
ada kekecualian. Jika suatu negara gagal untuk mengembangkan kapasitas
untuk lebih produktif, ia dengan cepat takluk kepada tekanan kekuatan pasar.
Bagaimana
cara suatu negara membangun ekonomi yang produktif? Menurut Porter ada
dua lingkungan strategi: lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Strategi yang pertama adalah dengan mewujudkan suatu lingkungan ekonomi makro dan
politik stabil, serta hukum yang mantap dan adil. Indonesia masih
harus melewati banyak ujian dalam proses ini. Indonesia sedang memantapkan
kebijakan ekonomi makronya agar lebih handal, stabil dalam hal inflasi, tingkat
bunga, keuangan negara, dsb. Lepas dari krisis ekonomi yang masih
melanda, Indonesia pernah menjadi salah satu cerita sukses ekonomi makro dalam
dekade 90an. Ini dapat diwujudkan kembali. Namun, mempunyai kebijakan ekonomi
makro yang baik saja tidaklah cukup. Kebijakan ekonomi makro tidak
menciptakan kekayaan. Ia membuat lebih mudah atau lebih mungkin bagi
perusahaan untuk mewujudkan kekayaan, tetapi kemakmuran tidak akan meningkat
kecuali jika dasar ekonomi mikronya mantap dan semakin mantap. Strategi utama
yang kedua adalah menciptakan fondasi
ekonomi mikro.
Pertama-tama
dan yang paling penting adalah, suatu ekonomi yang maju berakar dalam kapasitas
perusahaan lokalnya. Ekonomi suatu negara tidak dapat menjadi produktif
kecuali jika perusahaan besar maupun kecil yang beroperasi di negara itu adalah
produktif. Ini berlaku tidak hanya pada perusahaan pengekspor saja tetapi
kepada setiap perusahaan. Perusahaan yang tidak efisien akan mengganggu
industri lain yang tergantung padanya. Inti dari setiap kemakmuran
ekonomi adalah efisiensi dan kecanggihan
operasi perusahaan yang ada. Fokus pada perusahaan saja tidaklah
cukup, sebab kapasitas mereka untuk bergerak ke strategi yang lebih produktif
adalah juga fungsi dari lingkungan bisnis ekonomi mikro di mana mereka
bersaing. Lingkungan ekonomi makro seperti tingkat bunga, tingkat
inflasi, dll. adalah penting dalam menentukan secara keseluruhan kapasitas
bersaing perusahaan. Tetapi apa yang juga penting adalah lingkungan dekat
yang mempengaruhi perusahaan bersaing setiap hari: antara lain infrastruktur yang mereka gunakan dan kualitas tenaga kerja yang mereka dapat
rekrut. Perusahaan yang memiliki teknik manajerial yang canggih untuk bersaing
juga mengalami keterbatasan, kecuali
jika mereka mempunyai lingkungan lokal yang kondusif untuk melakukan itu.
Maka suatu pertanyaan penting adalah bagaimana meningkatkan lingkungan bisnis
ekonomi mikro di setiap daerah.
Setiap
negara harus menyelidiki dasar ekonomi mikro dari daya saing perusahaan secara
lebih rinci. Ada dua tantangan fundamental di mana perusahaan harus
memusatkan perhatian. Pertama, adalah efektivitas operasional. Ada banyak pengetahuan, teknologi
dan praktek terbaik yang tersedia tentang bagaimana cara bersaing. Pada
dasarnya, urutan pertama bagi perusahaan manapun adalah untuk mencapai
efektivitas operasional, untuk mencapai praktek terbaik. Melakukan hal
itu memungkinkan suatu perusahaan untuk menjadi pemenang. Strateginya
adalah benchmarking. Langkah berikutnya ke arah produktivitas lebih
tinggi memerlukan upaya lebih dari sekedar mengasimilasi praktek terbaik dari
tempat lain. Perusahaan harus mampu untuk menciptakan praktek terbaik
mereka sendiri dan mengembangkan posisi strategisnya yang unik.
Dalam
hal lingkungan bisnis ekonomi mikro, ada empat dimensi yang penting.
Pertama adalah input yang diperlukan
perusahaan, seperti sumber daya manusia, infrastruktur fisik, infrastruktur
ilmu pengetahuan dan teknologi, modal, informasi komersial, hukum dan peraturan
administratif. Ini adalah input yang penting sekali yang setiap
perusahaan harus menghadapi setiap hari untuk menciptakan nilai. Agar
suatu ekonomi menjadi lebih produktif, maka kualitas, kecanggihan, dan pada
akhirnya, spesialisasi dari input ini harus meningkat. Negara harus
meningkatkan rata-rata kualitas sumber daya manusianya, kualitas basis
ilmiahnya, dan seterusnya.
Aspek
lingkungan bisnis ekonomi mikro yang kedua
adalah iklim kompetisi yang fair. Suatu ekonomi agar
produktif membutuhkan suatu iklim dan insentif yang dapat menstimulasi
investasi yang agresif. Pada awalnya investasi itu akan berkaitan dengan
"asset keras"; namun untuk mencapai status ekonomi yang lebih maju,
harus ada iklim di mana perusahaan akan menanam modal dalam "asset
lunak" seperti pelatihan, teknologi R&D, penentuan merek, dan jaringan
pemasaran internasional. Berhubungan erat dengan ini, suatu ekonomi produktif
adalah di mana ada kompetisi internal. Suatu perusahaan tidak dapat
mungkin mampu bersaing di luar negeri kecuali jika ia berhasil untuk bersaing
di dalam negeri. Karena kesuksesan tergantung pada inovasi, maka tekanan
kompetisi lokal adalah fundamental dalam
membuat kemajuan. Dalam mencapai keberhasilan, kompetisi internal adalah
yang paling penting, di mana berbagai perusahaan mempunyai keinginan sangat
kuat untuk menjadi yang terbaik.
Ketiga,
suatu ekonomi yang berkembang memerlukan konsumen
yang penuntut. Setiap ekonomi harus menciptakan suatu lingkungan di
mana baik konsumen rumah tangga maupun konsumen bisnis mengharapkan yang
terbaik dari pembuat produk. Kekritisan konsumen akan memberi pemahaman bagi
perusahaan lokal mengenai kebutuhan pasar yang terspesialisasi, yang akan
menjadi basis dari keberhasilan di tingkat nasional dan internasional.
Untuk menjadi suatu negara maju diperlukan inovasi dalam wujud produk unik,
ciri unik, atau jasa unik. Adalah sangat sulit untuk menjadi unik jika
melakukan hal itu sangat tergantung pada pemahaman kebutuhan konsumen asing, di
mana pesaing asing jauh lebih menguasainya. Inovasi sering bersumber
secara langsung dari kondisi-kondisi lokal, di mana perusahaan daerah mempunyai
kemampuan unik untuk memahaminya.
Unsur
lingkungan bisnis yang terakhir, di mana semua unsur-unsur lain juga harus ada
bersama-sama, adalah klaster industri.
Klaster membangun suatu kawasan ekonomi inovatif dan produktif. Suatu
klaster lebih dari sekedar industri tunggal yang membuat sebuah produk
unggulan. Klaster yang sukses melibatkan berbagai industri terkait,
pemasok dan institusi yang semua berlokasi di kawasan yang sama. Mengapa
klaster penting? Klaster memang kurang penting untuk negara berkembang
yang menggunakan upah rendah untuk menjual produk tiruan atau yang merakit
komponen-komponen barang yang dibuat di negara lain. Namun jika
bercita-cita menjadi negara maju, suatu negara harus dengan unik berinovasi dan
produktif. Klaster adalah penting sebab ia merupakan cara yang paling
produktif untuk mengorganisir kegiatan ekonomi untuk mencapai sasaran itu.
Klaster yang ada di daerah-daerah perlu dikenali. Misalnya jika di suatu
daerah ada sekolah kedokteran hewan, ada pabrik pupuk, ada ahli ilmu tanah, ada
industri teralis, ada industri pembuatan dokar, ada sarana pelatihan penunggang
kuda, dll. maka itu semua merupakan kapasitas untuk membuat aktivitas
terspesialisasi berkaitan dengan kuda di daerah itu. Spesialisasi memberi
negara kemampuan untuk mengekspor, tidak dengan harga yang lebih murah, tetapi
dengan berinovasi.
Apa yang harus kita lakukan?
Pada
sisi perusahaan, adalah membuat perusahaan melakukan inovasi secara terus menerus. Belum banyak perusahaan
Indonesia yang melaksanakan R&D, dan
hanya sedikit yang sudah menghasilkan inovasi. Indonesia perlu membuat
transisi dari efektivitas operasional ke arah penentuan posisi yang lebih
strategis, yang akan memerlukan kapasitas lebih besar untuk membuat investasi
lunak dalam R&D dan pelatihan. Indonesia perlu melepaskan diri dari sindrom
negara kecil, yaitu pandangan bahwa perusahaan lokal adalah perusahaan
kecil, dan bahwa Indonesia adalah negara berkembang yang berada di urutan
terbelakang. Inti ekonomi suatu negara adalah perusahaan-perusahaan yang
dimiliki warga negara. Suatu negara bukanlah terlalu kecil, ia hanya
perlu membuat transisi ke arah orientasi strategis.
Perusahaan-perusahaan
akan bersaing dalam bidang-bidang tertentu. Perusahaan-perusahaan ini tidak
mungkin menjadi pemain pasar secara massal. Ada perusahaan yang sudah
berhasil sebagai penghasil komoditas tertentu, ini perlu dikembangkan ke depan
dan ke belakang. Negara perlu mengembangkan pemahaman ini secara lebih
luas di sektor swasta. Indonesia perlu untuk memulai menginvestasi
besar-besaran dalam asset yang akan memberi perusahaan Indonesia potensi untuk
bergerak ke tingkat yang berikutnya. Prioritas pertama adalah sumber daya
manusia. Menciptakan struktur dan sistem yang dapat secara substansial
meningkatkan kualitas dan kecanggihan sumber daya manusia adalah agenda penting
bangsa Indonesia.
Membangun
sistem sumber daya manusia yang unggul memerlukan waktu lama.
Sekolah-sekolah harus ditingkatkan sehingga menghasilkan lulusan yang terampil.
Pelatihan harus diselaraskan kembali sedemikian sehingga ada lebih banyak
insinyur dan lebih sedikit pengacara atau sarjana sosial. Indonesia perlu
berfokus pada membuat investasi dalam kapasitas, asset, dan institusi yang akan
diperlukan untuk mengupgrade ekonominya. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah juga suatu prioritas fundamental, mengingat pentingnya
inovasi. Kemajuan besar harus dibuat dalam merestrukturisasi institusi
pendidikan untuk membuatnya lebih efisien, lebih dibutuhkan, dan lebih
produktif. R&D yang dilakukan lembaga pendidikam dan penelitian pemerintah
harus terjalin baik dengan sektor swasta. Indonesia perlu melakukan
investasi yang lebih besar dalam riset universitas.
Pendidikan
tinggi adalah suatu mekanisme yang kuat
untuk menyebarluaskan teknologi. Ia adalah institusi yang terbuka,
mahasiswa berpotensi menuangkan gagasan ke dalam ekonomi riel, dan mereka
mempercepat pembentukan perusahaan baru. Universitas tidak saja menjadi
pencetak ilmu teknologi, tetapi juga pencetak perusahaan baru. Ini
terjadi di negara-negara di seluruh dunia. Indonesia mempunyai kapasitas,
tetapi perlu menciptakan struktur kelembagaan dan menginvestasikan sumber daya
di belakang kekuatan utamanya, bidang di mana manusia-manusia Indonesia
mempunyai pengetahuan yang unik. Modal saham adalah suatu masalah utama.
Indonesia telah berupaya membuat sistem perbankannya efisien dan diatur dengan
lebih baik. Namun masih ada ruang bagi perbankan untuk mengkhususkan dan
mengembangkan keahlian di sektor tertentu yang mempunyai kekuatan lokal.
Ketiadaan saham swasta dan modal ventura, biaya yang mahal untuk perijinan akan
membuat pertumbuhan perusahaan baru cukup sulit. Ini harus diatasi.
Negara
perlu memikirkan kembali keseluruhan isu investasi. Konsep
“netralitas" harus dicermati. Setiap negara harus memberi
pertimbangan yang serius untuk mengatasi masalah kesulitan investasi perusahaan
yang mempunyai manfaat sosial. Dua hal yang penting adalah R&D dan
pelatihan. Suatu pemerintah tidak harus memberi hibah atau membiayai
proyek riset perusahaan. Ini adalah jalan yang salah untuk melakukan itu,
yang harus berfokus pada menyediakan insentif untuk semua perusahaan tanpa
pilih kasih. Namun jika suatu perusahaan ingin menggandakan anggaran
R&Dnya, maka kredit pajak untuk
bagian dari peningkatan biaya itu adalah suatu insentif yang menarik. Jika
suatu perusahaan ingin melakukan pelatihan, maka pemerintah (juga pemerintah
daerah) perlu membantunya sebab ia membangun asset negara yang akan memungkinkannya untuk bergerak ke
tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Karena eksternalitas, perusahaan
swasta tidak akan membuat pilihan yang secara sosial diperlukan dalam asset
sosial ini. Kita perlu menentukan kebutuhan basis asset yang diperlukan
masyarakat, dan menjamin bahwa peraturan dan insentif ditetapkan untuk itu.
Indonesia
juga memerlukan adanya kompetisi dan persaingan internal. Kompetisi harus
diperkenalkan ke dalam semua bidang. Indonesia harus memberikan insentif
dan tekanan lebih bagi perusahaan-perusahaan untuk menginovasi, untuk membangun
merek, untuk mencoba berbagai hal baru, serta untuk menciptakan banyak pilihan
untuk masyarakat. Negara perlu memberi perhatian pada kondisi-kondisi
permintaan. Konsumen Indonesia masih bukan konsumen yang penuntut.
Ada berbagai alasan untuk ini, tetapi suatu rencana diperlukan untuk
meningkatkan kualitas permintaan. Konsumen Indonesia perlu informasi
tentang barang dan jasa yang dibelinya dengan lebih lengkap lagi dan hak-hak
konsumen yang lebih besar harus diperoleh. Misalnya, konsumen harus boleh
mengembalikan produk yang buruk kualitasya dan memperoleh kembali uang
mereka.
Indonesia
membutuhkan standar tinggi untuk kualitas, efisiensi energi, dan dampak
lingkungan. Jika Indonesia dapat membuat sendiri konsumen yang diperlukan
satu sama lain, maka menjual kepada dunia akan menjadi lebih gampang.
Tetapi jika masyarakat konsumen menerima yang tidak terbaik, bagaimana
masyarakat mengharapkan konsumen asing untuk menyukai barang-barang buatan
lokal? Pengadaan barang oleh pemerintah harus menstimulasi inovasi.
Pemerintah harus menjadi pembeli yang penuntut dan menetapkan standar
tinggi. Pemerintah perlu lebih memperhatikan kualitas, bukan hanya harga.
Akhirnya, pemerintah perlu menyiapkan agenda memajukan klaster. Ada
kecenderungan untuk menyamakan klaster dengan jaringan dan ada upaya-upaya
untuk membangun jaringan di antara perusahaan. Tetapi klaster jauh lebih
penting daripada jaringan. Klaster adalah asset basis terspesialisasi
yang dibangun secara bertahun-tahun, sedangkan jaringan lebih cepat dibuat
namun juga tidak cukup.
Klaster
mencakup institusi dan kemampuan yang memerlukan investasi untuk
membangunnya. Beberapa klaster memerlukan investasi negara:
Universitas California di Davis tidak menjadi pusat riset anggur terkemuka secara
kebetulan; Pemerintah menanam modal dalam membangun kapasitas teknologi, dan
industri juga mendukung itu. Asset kompetitif perlu untuk dibangun oleh
sektor swasta melalui asosiasi industri dan bentuk lain dari investasi
kolektif. Pemerintah perlu secara penuh memanfaatkan pendekatan klaster untuk
mendorong industri ke tingkat yang berikutnya. Di banyak industri ada
banyak asosiasi industri kecil yang
sedang mencari perannya dalam industri. Mereka perlu bertemu satu sama
lain, perlu bekerja sama, perlu berada di bawah organisasi yang solid untuk
memikirkan strategi bersama untuk membangun asset, kemampuan dan
keterampilan. Universitas, akademi, politeknik, lembaga-lembaga diklat,
dll. perlu memahami kekuatan yang ada, membantu mengidentifikasi jenis pendidikan
seperti apa yang diperlukan, kebijakan
ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang dirumuskan, dll.
Kesimpulan
Pada
beberapa tahun yang akan datang pemerintah daerah, didukung oleh pemerintah
pusat, dituntut untuk berupaya mengembangkan klaster secara lebih agresif di
daerahnya. Melakukan hal itu tidak akan memerlukan sangat banyak
investasi publik, tetapi ia memerlukan keseriusan pemerintah daerah untuk
memainkan peran penggabung, peran partisipasi, dan peran mendengarkan.
Agar industri-industri yang ada dapat semakin produktif, maka pemerintah daerah
harus memungkinkan proses-proses untuk belajar bagi pengusaha di daerahnya
berlangsung dengan lancar¡
Langganan:
Postingan (Atom)